Strategi Menentukan Harga Jual Produk UMKM yang Menarik, Untung, dan Laris
UMKMTangerang.com – Menentukan harga jual produk bagi pelaku UMKM bukanlah perkara sepele. Kesalahan dalam menetapkan harga bisa membuat produk terlihat mahal dan tidak kompetitif. Sebaliknya, harga yang terlalu rendah justru bisa menggerus keuntungan dan menurunkan nilai merek. Maka dari itu, memahami strategi menentukan harga jual produk UMKM menjadi bekal wajib bagi siapa saja yang ingin bertahan di pasar yang kompetitif saat ini.
Setiap pelaku usaha, baik yang baru memulai atau yang sudah berjalan bertahun-tahun, harus memiliki pemahaman mendalam tentang faktor-faktor penentu harga. Termasuk di antaranya adalah biaya produksi, nilai tambah produk, serta daya beli pasar. Tak cukup hanya meniru harga pesaing, Anda juga harus melihat struktur modal Anda sendiri. Jangan sampai bisnis rugi hanya karena strategi harga yang asal-asalan.
Apalagi di era digital saat ini, konsumen semakin cerdas dan kritis. Mereka dengan mudah membandingkan harga dari satu toko ke toko lain hanya dengan beberapa klik. Jika harga yang Anda tetapkan tidak rasional atau tidak memiliki nilai tambah, maka mereka tidak akan ragu untuk pindah ke kompetitor. Inilah mengapa menentukan harga jual produk UMKM agar kompetitif adalah seni sekaligus strategi.
Harga juga berkaitan erat dengan citra merek dan kualitas yang ditawarkan. Harga tinggi belum tentu membuat konsumen kabur, asal disertai kualitas dan branding yang kuat. Begitu pula sebaliknya, harga murah tidak selalu berarti menarik jika tidak ada kejelasan kualitas. Anda harus menemukan titik tengah antara menguntungkan, menarik konsumen, dan tetap laku di pasaran.
Nah, agar strategi penentuan harga Anda lebih terarah, simak beberapa poin penting berikut yang akan dibahas secara mendalam. Mulai dari riset pasar hingga psikologi harga, semuanya bisa menjadi jurus jitu agar produk Anda laris manis di pasar yang kompetitif.
Lakukan Riset Harga Pasar Secara Aktif dan Terukur
Sebelum menetapkan harga, Anda harus mengetahui bagaimana harga produk sejenis beredar di pasaran. Riset harga pasar menjadi langkah pertama dan krusial agar tidak salah langkah sejak awal.
Lihat bagaimana kompetitor menentukan harga, baik di toko fisik maupun toko daring. Amati perbedaan harga antara produk lokal dan produk impor yang serupa. Informasi ini akan membantu Anda memosisikan harga Anda di level yang wajar dan bersaing.
Gunakan platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, atau Bukalapak untuk membandingkan harga secara real-time. Selain itu, jangan ragu bertanya langsung ke konsumen potensial melalui survei kecil-kecilan di media sosial.
Berdasarkan hasil riset ini, Anda bisa menyesuaikan harga dengan lebih strategis. Apakah akan bermain di segmen harga ekonomis, menengah, atau premium. Jangan hanya meniru, tapi interpretasikan data yang Anda dapatkan sesuai karakter bisnis Anda.
Hitung Biaya Produksi secara Detail dan Menyeluruh
Langkah selanjutnya adalah menghitung seluruh komponen biaya produksi. Jangan sampai Anda menjual dengan harga yang tidak menutup biaya operasional. Ini sangat fatal bagi kelangsungan bisnis UMKM Anda.
Biaya produksi meliputi bahan baku, tenaga kerja, listrik, air, transportasi, hingga biaya tak terduga. Buat perincian lengkap dari setiap unit produk agar Anda benar-benar tahu modal per unitnya.
Pastikan juga Anda memperhitungkan biaya-biaya tetap seperti sewa tempat, gaji pegawai, dan peralatan yang digunakan secara berkala. Semua ini akan membentuk harga pokok produksi (HPP) yang menjadi dasar penentuan harga jual.
Dengan mengetahui biaya total secara menyeluruh, Anda bisa menetapkan harga yang realistis namun tetap menguntungkan. Hindari menjual terlalu murah hanya karena ingin cepat laku, karena itu hanya akan merugikan bisnis dalam jangka panjang.
Tambahkan Margin Keuntungan Sesuai Nilai Produk
Setelah menghitung biaya produksi, langkah selanjutnya adalah menambahkan margin keuntungan. Ini bukan sekadar menambahkan angka, tapi memperhitungkan nilai dari produk Anda.
Jika produk Anda memiliki nilai tambah, seperti bahan organik, kemasan eksklusif, atau desain unik, maka margin keuntungan bisa lebih tinggi. Konsumen bersedia membayar lebih untuk nilai yang mereka anggap sepadan.
Margin ini bisa bervariasi, mulai dari 10% hingga 300% tergantung kategori produk. Produk makanan mungkin memiliki margin yang lebih kecil, sedangkan produk fashion atau kerajinan bisa mendapatkan margin lebih besar.
Jangan takut mengambil margin yang wajar selama produk Anda memiliki kualitas dan diferensiasi yang kuat. Ingat, harga jual produk UMKM yang menguntungkan tidak hanya soal murah, tapi soal nilai dan persepsi.
Gunakan Psikologi Harga untuk Meningkatkan Daya Tarik
Pernahkah Anda melihat harga Rp49.900 atau Rp99.000 dan merasa itu lebih murah dibanding harga bulat? Itulah kekuatan psikologi harga, salah satu strategi pemasaran yang terbukti efektif.
Teknik ini membantu menciptakan persepsi harga yang lebih terjangkau di mata konsumen. Angka ganjil, seperti Rp19.900 atau Rp29.500, dianggap lebih menarik daripada Rp20.000 atau Rp30.000.
Anda juga bisa menggunakan strategi bundling, seperti “beli 2 gratis 1”, atau memberikan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Ini akan menambah kesan bahwa produk Anda memberi lebih banyak nilai.
Selain itu, gunakan kalimat-kalimat emosional seperti “harga spesial hari ini”, atau “hanya untuk 100 pembeli pertama” agar konsumen terdorong untuk segera membeli. Teknik psikologi ini sangat efektif untuk meningkatkan konversi penjualan.
Sesuaikan Harga dengan Target Pasar yang Spesifik
Tidak semua konsumen memiliki daya beli yang sama. Oleh karena itu, Anda perlu menyesuaikan harga dengan segmen pasar yang dituju. Inilah pentingnya memahami profil target pasar secara mendalam.
Jika produk Anda menyasar kalangan menengah ke bawah, maka harga harus cukup ekonomis namun tetap menguntungkan. Sebaliknya, jika Anda menyasar segmen premium, maka harga tinggi justru bisa menambah nilai eksklusivitas.
Kenali demografi target pasar Anda: usia, penghasilan, lokasi, dan kebiasaan belanja. Gunakan data tersebut untuk membuat harga jual produk UMKM yang tetap laku di pasaran.
Segmentasi ini juga berguna untuk menentukan channel penjualan. Produk dengan harga ekonomis cocok dijual di pasar tradisional, sementara produk premium lebih cocok dijual secara daring dengan branding yang kuat.
Pantau dan Evaluasi Harga Secara Berkala
Dunia usaha sangat dinamis. Harga bahan baku bisa naik, tren konsumen bisa berubah, dan pesaing baru bisa bermunculan kapan saja. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk selalu mengevaluasi strategi harga secara rutin.
Jangan terjebak dalam harga lama hanya karena sudah nyaman. Lakukan analisis penjualan, margin, dan tren pasar setiap tiga bulan sekali. Apakah harga saat ini masih relevan? Apakah ada ruang untuk menaikkan harga?
Dengan evaluasi rutin, Anda bisa menyesuaikan harga secara fleksibel dan menjaga bisnis tetap kompetitif. Anda juga bisa merespons dengan cepat saat terjadi perubahan signifikan di pasar.
Gunakan data dari platform penjualan online, feedback konsumen, dan hasil promosi untuk mengambil keputusan berbasis data, bukan hanya insting semata.
Gunakan Strategi Diskon Tanpa Mengorbankan Citra Produk
Diskon bisa menjadi alat promosi yang ampuh, tapi jika digunakan secara sembrono bisa merusak persepsi konsumen terhadap nilai produk. Gunakan diskon secara strategis, dan hanya pada momen-momen tertentu.
Contohnya saat launching produk baru, ulang tahun bisnis, atau hari besar nasional. Diskon bisa menarik perhatian dan meningkatkan penjualan dalam jangka pendek. Tapi tetap pastikan Anda masih mendapatkan margin keuntungan yang sehat.
Anda juga bisa menggunakan diskon terbatas waktu untuk menciptakan urgensi, seperti “diskon hanya 2 hari”. Hal ini mendorong konsumen untuk segera membeli dan tidak menunda.
Jika terlalu sering memberikan diskon, konsumen akan terbiasa dan enggan membeli dengan harga normal. Maka, atur waktu dan frekuensi diskon agar tetap efektif namun tidak merugikan citra merek Anda.
Kesimpulan
Menentukan harga jual produk UMKM bukan sekadar soal angka, tapi soal strategi cerdas yang memadukan logika, data, dan emosi pasar. Sudahkah Anda menerapkan strategi yang tepat?